MENGENANG RAMADAN DI JAMAN SEKOLAH (PART 2)



Assalamualaikum, wah tidak terasa kita sudah di hari ke-17 Ramadan. Seperti yang kita ketahui bahwa pada malam ke-17 Ramadan adalah malam diturunkannya Al-Qur’an dan memasuki malam-malam lailatul qadar.

Saat mendengar undangan untuk acara ceramah Ustaz yang datang dari Sulsel di masjid Raya pada hari ke-17 Ramadan, pukul 21.00 WIB di masjid saat terawih tadi, aku jadi teringat malam ke-17 Ramadan saat masih Tsanawiyah (setingkat SMP).

Saat itu masih jamannya menulis agenda Ramadan, nah guru di sekolah menyuruh siswa-siswinya untuk datang ke masjid raya mendengarkan ceramah yang memang selalu diadakan spesial setiap 17 Ramadan dengan Ustaz atau guru besar dari luar daerah.

Masjid raya jaraknya lumayan jauh dari rumahku, kalau ingin ke sana harus pake motor biar kaki gak gempor. Aku kan anaknya nurut aja apa kata guru ‘kan, tapi justru membangkang sama Mamak Bapak (duluuu). Alhasil dengan alasan ajakan teman yang punya motor aku ngacir deh ke masjid raya dengan mereka padahal saat itu masih sholat terawih di masjid dekat rumah.

“Pergi sekarang aje lah, biar tak telat nanti..” Begitulah kira-kira ajakan mereka.

Sebenarnya aku dilarang ke sana sama Mamak-Bapak karena jauh dan pasti akan pulang larut. Karena itu aku minta ijin lagi dengan colek-colek Mamak yang lagi sholat terawih sambil bisikin kalau aku akan ke masjid raya sama teman-teman.

Mamak ‘kan lagi sholat tuh, gak mungkin ngelarang ‘kan. Nanti kalau ditanya udah ijin atau belum? Ya, jelas sudah lah. 😆

Akhirnya sampailah di masjid raya sambil bonceng tiga. Btw, aku udah pernah jadi cabe-cabean sejak 2009 (cabe-cabean kok bangga!), eh tapi dulu ‘kan istilah cabe-cabean belum ada.

Setelah acara selesai, terus pulang masih berbonceng tiga. Sampai di depan gang dekat rumah, aku diturunkan di situ, terus disuruh jalan kaki sampai rumah, emang gak jauh sih. Tapi lagi mati lampu dan jalanan cukup gelap. Gila ya punya temen “baik” banget sampai aku ditinggal jalan sendirian di tengah malam-malam gitu.

Dengan buru-buru melangkah yang lebih cenderung ke lari, akhirnya aku sampai di rumah. Dan di bawah lampu pelita yang menyala-nyala, Bapak sudah bersidekap dengan alis yang bertaut.”Dari mana?” tanya Bapak.

“Dari masjid raya sama kawan, Pak. Tadi sudah bilang pun sama Mamak.”

“Iye, bilang, tapi orang lagi matteraweh mane sempat nak negor.” Tiba-tiba Mamak ikut nimbrung.
Dan malam itupun berakhir dengan aku yang diomeli. 😆

Semoga hari-hari Ramadan kalian selalu Wah. Salam.

#Day17
#BianglalaHijrah
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita

Comments

Popular posts from this blog

REMPEYEK KACANG ATAU TERI?

DITELEPON 188? NOMOR APAAN TUH? YUK CARI TAHU!

IKLAN BERHADIAH DARI INDO-OFFERS, PENIPUAN ATAU BETULAN?