DULU PERNAH MUDIK, SEKARANG ….
Assalamualaikum, gimana puasa ke-19-nya? Semoga lancar-lancar
saja ya. Tidak terasa sudah memasuki 10 terakhir Ramadan, teman-temanku yang
merantau pada pasang status mudik. Lah aku? Mau mudik kemana? Aku ‘kan udah
di kampung halaman.
Tapi dulu pernah kok merasakan suasana mudik lebaran saat
aku masih kuliah.
Sekitar 5 kali puasa 5 kali lebaran lah aku mudik (bukan
Bang Toyib btw). 2 atau 3 kali mudiknya selalu bareng teman sekos karena masih
terbilang maba kan ya, jadi jadwal libur kuliah kurang lebih sama. Nah, barulah
memasuki masa senior mudiknya pada sendiri-sendiri karena udah beda jadwal.
Perjalanan dari Pekanbaru ke Sungai Guntung memakan waktu
hampir 11 jam, lewat darat dan laut. Bisa sih sebentar, lewat udara tapi kan
mehong say. Jadi aku lebih milih opsi pertama.
Biasanya kalau bareng teman
sekos naik mobil travel malam yang transit ke Tembilahan dan besoknya bisa
langsung sampai ke Guntung, tapi karena nyaliku masih cetek apalagi pernah
dengar cerita yang cukup gak enak dari kawan kos yang pulang sendirian dengan
travel malam. Alhasil diriku yang penakut ini pulang pakai travel pagi dan
sampai ke Tembilahan jam 4 sore.
Pengalaman pertama pulang sendiri saat Ramadan itu
benar-benar tak telupakan. Aku berangkat sekitar pukul 8 pagi di hari yang
sangat cerah sampai hati hampir goyah. Bagaimana tidak, ditengah perjalanan, AC
mobil mati dan harus buka jendela biar udara masuk. Nah, posisi aku tuh duduk paling pinggir, tepat kena sinar matahari langsung. Udah kayak ikan asin rasanya,
mana tenggorokan kayak sumur kering.
Mungkin sekitar hampir dua jam aku berjemur di dalam mobil,
serius itu bukan kiasan. Akhirnya si supir yang juga kepanasan menghubungi
temannya sesama supir dan tak berapa lama datanglah si teman supir yang juga
supir itu ingin membantu supir ini (belibet banget sih, pokonya gitulah).
Akhirnya bagian mesin yang ada di antara kursi baris kedua dan
ketiga dibongkar lalu diotak-atik. Tak berapa lama AC-nya hidup lagi.
Alhamdulillah, perjalanan pun dilanjutkan hingga sampailah di Tembilahan. Kebetulan
kakak sepupuku ada yang tinggal di sana jadi aku singgah dulu untuk
menginap barulah ke Guntung besok paginya.
Mudik sendiri saat Ramadan yang kedua kalinya agak beda
karena aku sedang berhalangan jadi bisa sedikit curi-curi kesempatan menghilangkan
dahaga karena saat itu juga sama cerahnya dengan kali pertama mudik sendiri. Tapi
saat itu aku berangkatnya agak siang jadi sampainya pas magrib.
Pernah juga saat Ramadan aku ditinggal sendiri di kos
karena teman-teman yang lain jadwal kuliahnya sudah selesai sementara aku masih
ada ujian semester. Saat itu sudah menjelang magrib jadi aku keluar sebentar
untuk beli takjil dan saat sampai di kos, aku coba buka pintu tapi kuncinya
macet dan tidak bisa dibuka. Memang sering begitu sih.
Akhirnya aku telepon Mamak sambil curhat di luar kos, sudah
sempat terpikir akan buka puasa di luar kos, benar-benar di luar kos secara harfiah. Tapi setelah menelepon Mamak, aku coba buka pintu kos lagi dan
Alhamdulillah berhasil. Memang doa seorang ibu itu manjur banget.
Itu beberapa ceritaku saat mudik lebaran beberapa tahun
lalu. Kalau sekarang emang sih gak mudik, tapi nungguin teman yang merantau
mudik biar ada yang ngajak bukber. 😅
#Day19
#BianglalaHijrah
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
Comments
Post a Comment