KENANGAN KITA DI SEKOLAH PART 2 (MTs)

KENANGAN KITA DI SEKOLAH PART 2 (MTs)

Assalamu’alaikum bebs & bros a.k.a para pembaca blog-ku yang setia (berharap ada yang setia), apa kabs? Semoga selalu berbahagia dimana pun kalian berada.

Setelah beberapa waktu lalu tepatnya di first anniversary WahDays, aku memposting "Kenangan Kita di Sekolah Part 1" yang isinya kebanyakan tentang kenakalan teman-temanku (including me sometimes) di MA (sederajat SMA).

Postingan itu cukup diminati oleh pembaca dan ada beberapa feedback yang masuk via jalur pribadi. Intinya banyak yang suka karena lucu dan mengingatkan mereka tentang betapa absurdnya kami di sekolah dulu. Untuk itu aku mengucapkan terima kasih kepada bebs & bros atas feedback-nya.

Aku sangat senang akan respon positif yang aku dapatkan dari postingan tersebut. Nah, karena itu kali ini aku membawa "Kenangan Kita di Sekolah Part 2", yeeeey….

Sebelumnya aku juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman MA dan MTs-ku yang berbaik hati mengumpulkan kami dalam sebuah grup chat untuk menyambung kembali tali silaturahmi dan berbagi kabar serta mengenang cerita yang dulu kita lewati bersama.

Karena bantuan kalianlah postingan ini bisa rilis dan aku berharap semoga silaturahmi kita tetap terjaga meski kita berjauhan sampai kita dipertemukan kembali. Aamiin…

Tentu saja Part 2 ini berbeda dari Part 1 dan bukan kelanjutannya alias prequel (kejadian sebelum Part 1), tak lain tak bukan adalah masa-masaku di MTs bersama konco-koncoku.

Sudah aku ceritakan sebelumnya bahwa aku bersekolah selama 18 tahun di yayasan yang sama, jadi lingkungan sekolahnya tetap sama… Yaa, ada perubahan sedikit lah, seperti ada beberapa bangunan yang belum dibangun atau digusur saat itu.

Ok, tanpa banyak basa-basi lagi, let’s get to the list:

Note : Nama-nama yang ada dalam postingan ini ada yang asli dan samaran. Beberapa nama disamarkan untuk melindungi privasi yang bersangkutan, sedangkan nama asli sudah mendapatkan izin untuk dipublikasikan oleh pemilik nama.

1. Tanda Tangan di Kening

Cerita ini terjadi pada tahun 2010 saat kami kelas VII dan baru beberapa bulan menginjakkan kaki di MTs (kecuali aku). Aku menempati kelas A dan teman kami yang mengalami kejadian ini menempati kelas B, dia adalah Alvian.

Saat itu kelasku lagi belajar, dan seharusnya begitu juga dengan kelas sebelah, tapi entah kenapa kelas mereka jadi berisik. Menurut cerita Alvian, dia lagi asik berjalan-jalan di dalam kelas sambil membandingkan tanda tangan siapa yang paling keren.

Umur segitu emang lagi sibuk-sibuknya bikin tanda tangan, 'kan ya?! Kalau perlu kayak Kelok Sembilan biar gak ada yang bisa niru.

Nah, ketika guru masuk, otomatis 'kan kelas jadi tenang, apesnya si Alvian ini, dia masih jalan-jalan dengan kesibukan yang sama.

Pak Guru mengira dialah penyebab kelas mereka berisik dan satu kelas sempat dimarahi. Saat Alvian kembali ke tempat duduknya, Pak Guru yang marah itu akhirnya memberikan tanda tangan tepat di kening Alvian sambil berkata "Nih, tanda tangan!"

Tentu saja bagai aroma sop ayam yang baru saja mendidih, kabar itu segera tercium ke kelas-kelas lain, terutama kelasku yang bersebelahan dengan kelas mereka.

2. A vs J

Ini tentang Angga vs Juanda dan mereka anggota kelas B. Aku gak tahu persis apa yang menyebabkan mereka sampai berantem di depan kelas A karena aku telat sampai ke lokasi yang saat itu sepertinya adalah jam istirahat. 

Baru mau nonton, eh mereka udah bubar. Kabarnya Alvian yang bawa mereka ke kantor atas perintah guru dan akhirnya mereka disuruh cuci WC berdua.

Kalau berduaan di suatu ruangan, hati-hati orang ketiganya setan lo, apa lagi di WC. Gak kebayang kalau mereka melanjutkan epic battle di dalam WC, ada yang jadi pengendali air, ada yang jadi pengendali udara. Sabun, air, sikat melayang semua. Bisa jadi ada yang nyemplung ke closet.

3. Petasan Mercon

Kejadian ini hanya melibatkan dua orang temanku, aku gak ikut-ikutan. Ini tentang Esah dan Alvian. Esah juga adalah salah satu murid yang bersekolah selama 18 tahun di yayasan yang sama sepertiku, sementara Alvian adalah murid yang sama yang mengalami kejadian ttd kening.

Saat aku tanya mereka mengenai cerita ini, mereka pun gak terlalu ingat, apalagi diriku yang gak terlibat sama sekali. Jadi intinya saat Alvian menjabat jadi ketua kelas (please ralat kalau aku salah), si Esah ini yang dasarnya emang bocor dan gak bisa diam, membuat keributan sehingga Alvian emosi dan akhirnya marah-marah ke Esah, lalu ia menjuluki Esah Si Petasan Mercon.

Kebayang 'kan suara mercon yang memekakkan telinga?! Ditambah suara petasan yang bikin kaget dan jantungan. Nah, menurut Alvian suara Esah adalah gabungan keduanya (Esah jangan marah tau…).

4. Gigitan Membawa Demam

Cerita ini tentang Ira dan Sanah. Sanah adalah teman sebangkuku, sedangkan ira duduk di depan kami bersama Rabia. Aku gak terlalu ingat bagaimana detailnya, tapi aku masih ingat bahwa aku menjadi saksi kejadian ini.

Saat itu waktu istirahat, biasa 'kan ya kalau jam istirahat tiba, terserah kita mau duduk dimana dan si Sanah duduk di bangkunya Rabia yang notabene di samping Ira.

Mungkin mereka terlibat perselisihan yang membuat Ira geram, saking geramnya ia menggigit punggung Sanah sampai Sanah menangis. Besoknya si Sanah gak masuk sekolah dan kami menyalahkan Ira atas kejadian itu, sambil  becanda sih.

Lusanya, Sanah kembali bersekolah dan ia cerita bahwa punggungnya jadi berbekas akibat gigitan Ira, bahkan ia sempat ngadu ke emaknya. Untung kejadian tersebut gak membuat mereka jadi musuhan, terlebih lagi mereka adalah tetangga.

Kalau sampai musuhan, mungkin bisa jadi judul sinetron “Tetanggaku Adalah Temanku yang Menggigitku” et daah…

5. Boncel yang Dulu Bukanlah yang Sekarang

Kami punya teman yang lebih suka main dengan anak-anak cewek dibandingkan anak cowok, namanya Syarif a.k.a Boncel. Alasan Boncel gak mau main dengan anak cowok adalah karena ia sering dibully, dilambung-lambung tinggi dan dihempaskan ke bumi, sebab bandannya kecil.

Mungkin merasa terzolimi, jadi dia berpindah haluan dengan lebih banyak main bersama anak-anak cewek, untung gak belok ya, ncel.

Syukurlah sekarang Boncel udah tinggi dan tidak lagi boncel seperti dulu.

Boncel ini suka benget ledekin para penari dan beberapa anggotanya ada di kelasku, seperti Sanah, Ira, Fitri, Ikar dan yang lainnya. Ia bahkan gak malu menirukan gerakan mereka, terutama Sanah. Tentu saja itu membuat kami sering menjodohkan mereka, terlebih karena mereka sama-sama kecil.

Bisa dibilang kami menjodohkan yang gak berjodoh karena sekarang mereka sudah punya pasangan masing-masing. Selamat yaa…

6. Caca Marica Hey Hey

Cerita ini tentang Caca, teman kami yang punya lagu panggilan “Caca Marica Hey Hey”. Saat pelajaran kesenian di kelas, kami sedang bernyanyi lagu ‘Anak Kambing Saya’.

Nah, pas di akhir lagu, lirik “Caca Marica Hey Hey” diganti oleh beberapa anak cowok jadi “Caca Marica Kamb*ng” atau “Caca Marica Mony*t” sambil memandang ke arah Caca.

Sumpah itu jahat banget sih, guys… Emang kalau jaman itu ngeledek gak tanggung-tanggung ya, sampai katanya si Caca nangis. Hey, kalian yang merasa ikut meledek, sudahkah kalian meminta maaf?

7. Ribut Membawa Luka

Cerita ini saat kami sudah kelas XI, saat itu Yulian yang menjabat jadi ketua kelas. Suasana kelas yang berisik dan tak terkendali membuat Yulian harus terluka di bagian tangannya. Nah loh, kok bisa?!

Jadi, saat kami sedang ribut dan gak sama sekali mendengarkan perintah Yulian untuk tenang, Yulian yang sudah habis kesabaran tiba-tiba memukul meja dengan sapu sampai sapunya patah. “Kalian tak menghargai aku, ya!” katanya yang seketika membuat kami diam.

Ternyata saat sapu di genggamannya patah, bagian yang tajam mengenai tangannya hingga berdarah dan Yulian diam-diam pergi ke warung untuk beli plester luka.

Duh, parah banget sih kami dulu, maaf ya, Yulian…

Btw, setelah kejadian itu, kita udah minta maaf gak, ya?

8. Paranormal

Ini tentang Rahis, salah satu anak cowok yang jarang muncul ke permukaan karena anaknya pendiam dan sedikit... misterius. Entah bagaimana caranya, ada yang bilang dia bisa membaca garis tangan atau dia sendiri yang mengklaim bahwa dirinya bisa melakukan itu.

Kabarnya lagi dia juga bisa melihat apa yang gak bisa orang normal lihat, mungkin sebutannya anak indigo. Dia bilang salah satu anak cewek ada yang ‘ketempelan’ makhluk halus dan sampai buat si cewek ini ketakutan. Ada juga beberapa anak cewek yang katanya minta dilihatkan garis tangannya.

Ya, dimanapun Rahis berada saat ini, semoga selalu dalam lindungan Allah swt dan dijauhkan dari hal-hal kayak gitu. Repot loh say, berurusan sama yang begituan kalau gak biasa.

9. Berenang Bersama Ikan

Ini cerita si Alvian lagi (kok banyak kali ceritamu, Vian?! Ini blog siapa sih sebenarnya?!). 

Kelas kami berada gak jauh dari kolam yang letaknya di belakang rumah gedongan. Kolam itu kadang-kadang jadi tempat wudhu atau jadi tempat kabur saat istirahat, bahkan tempat tongkrongan saat bolos belajar.

Suasananya emang sejuk, jadi bikin betah gitu. Apalagi banyak kecebong yang berenang ke sana ke mari mencari ibunya.

Nah, kata Yulian, si Alvian mau nyuri ikan yang punya kolam, tapi dia malah kecebur.

Menurut yang punya cerita, dia gak sama sekali berniat mencuri ikan di kolam itu. Dia lagi wudhu dan kebetulan melihat ada ikan, mau ditangkap sama Alvian, eh… malah jatuh. Gak dapat ikannya, tapi bisa berenang bareng ikan, lumayan juga ye, Vian.

10. Soal MTK Lebih 10

Ini tentang Caca lagi (kok banyak juga ceritanya Caca, sama kayak Alvian pulak, jangan-jangan kalian jodoh… Eits, jangan marah!). 

Cerita ini saat kami sedang Ujian Nasional Matematika, setelah ujian selesai, ada kabar yang berembus bahwa Caca dipanggil ke kantor guru. Waduh kenapa, ya?

Ternyata, Caca dipanggil guru karena gak sengaja isi jawaban UN MTK sampai 50 jawaban, padahal MTK cuma sampai 40 soal dan emang jumlahnya berbeda dari soal mata pelajaran UN yang lain. Hm, kemaren tu khilaf 'kan, Ca?!

11. Berdua Bersamamu, Eh Kok Dibully?

Di kelas IX, ada banyak banget cerita yang bikin ngakak, salah satu yang paling best adalah cerita ini. Saat itu kami ditinggalkan guru yang mengajar Bahasa Inggris dengan sebuah tugas. Setelah tugas selesai, bel istirahat pun berbunyi, gak seperti biasanya aku yang selalu bareng teman-teman sekelas, tiba-tiba langsung main ke kelas B sendirian.

Btw, aku selalu dapat kelas A hingga kelas IX, iya dong kan aku sering juara ditempatkan di kelas yang isinya jawara semua lah (budaya pamer)….

Selama aku main di kelas B, tentu aku gak tahu apa yang terjadi di kelas A dan saat aku kembali, temanku Rabia dikelilingi cowok-cowok. Duh, kenapa nih? Rabia butuh bantuan kah?

Gak berapa lama kemudian, pintu kelas ditutup dengan Rabia dan teman-teman cowok di dalamnya. Ternyata oh ternyata, salah satu dalangnya adalah Angga, teman sekelas kami juga dan beberapa orang lainnya jadi ikut-ikutan.

Lama-kelamaan, di depan kelas makin rame nih. Lalu tiba-tiba si Angga memutuskan untuk mengeluarkan si ketua kelas a.k.a Yulian karena dipanggil guru dan Romi juga dikeluarkan karena sudah punya pacar (btw, apa hubungannya, ya?).

Jadi yang tinggal hanya Ari, yang memang lagi dijodohkan sama Rabia. Cieee…

Rabia yang tadi gak terlalu peduli, tentu saja jadi panik karena tinggal mereka berdua yang jadi objek bully. Maafkan aku yang hanya bisa melihat tanpa bisa menolongmu, Kawan. Tapi lama-lama aku juga ikut-ikutan ngebully, double sorry, Bia…

Gak cuma aku dong, selain Angga dan Romi ada juga teman yang lain seperti Sanah, Ira dan beberapa anak lainnya. Kami menghalangi Ari dan Rabia yang berusaha keluar dari kelas yang udah kayak kurungan itu.

Berbagai cara mereka lakukan untuk keluar dan berbagai cara pula kami lakukan untuk menghalangi usaha mereka. Salah satunya dengan menggunakan sapu yang Angga masukkan lewat jendela untuk menyingkirkan Ari dari pintu yang hampir berhasil ia buka, eh sapunya malah ditarik dan direbut oleh Ari.

Jadi secara tidak niat, kami memberikan senjata kepada mereka, oalah… Bahkan tangan Angga jadi merah-merah karena ditarik oleh Ari saat menyodokkan sapu ke jendela kelas.

Betapa jahatnya kami yang mengaggap kelas itu layaknya sebuah kandang di taman marga satwa, menyebut mereka berdua sebagai sepasang primata. Aku tahu candaan kami sangat keterlaluan. Tapi, begitulah sifat teman-temanku, termasuk aku juga sih.

Kami akan total dalam hal apapun, salah satunya membully sesama teman. Sungguh bukan hal yang patut untuk dibanggakan.

Jamal, salah satu anggota kelas B, ia kebetulan lewat di depan kelas IX A, Rabia berteriak meminta tolong padanya. Tapi, apa jawabannya?

“Macam mane aku nak nolong? Orang tu banyak, bawa kayu pulak tu…,” begitu katanya yang kurang lebih berarti “Bagaimana aku mau menolong? Mereka banyak dan bawa kayu lagi.”.

Jawaban polos itu membuat kami ngakak sekecamatan. Memang ada salah satu anak yang membawa kayu, tapi aku lupa siapa.

Gak berhenti sampai di situ, pembullyan berlanjut dengan kata-kata Romi, “Mike ni, die nak nikah tapi mike tangkap,” yang berarti “Kalian ini, mereka mau menikah tapi kalian tangkap.”.

Aku ikut-ikutan bersuara “Betol tu, dia dah nak ke kantor KUA, dah pake jilbab same songkok, mike gagalkan pulak…,” kataku yang berarti “Betul tuh, mereka sudah mau ke kantor KUA, sudah pakai jilbab dan peci, kalian gagalkan pula.”.

Rabia yang makin kesal, menulis di papan tulis dengan spidol “MAU NONTON, BAYAR 2.000.000”. Mungkin tujuannya biar kami puas, sekalian aja dibuat makin gila yang tentu bikin kami tambah girang.

Dan… pada akhirnya, bel masuk pun berbunyi, membuat kami harus menghentikan aksi bully tersebut. Setelah Ari dan Rabia dibebaskan dan pintu kelas dibuka, Rabia duduk di tempat duduknya sambil menunduk. Aku, Sanah dan Ira langsung menyadari ada yang gak beres. Udah, jelas ini!

Rabia ngambek dan kami bertiga berusaha meminta maaf, tapi dia pergi dan kami dicuekin. Kalau aku jadi Rabia, pasti aku juga kesal say, apalagi teman dekat juga ikut-ikutan.

Rabia maap ye… 🙏

12. IRBES atau Rabies?

Ini kelanjutan dari poin 11. Esoknya setelah kejadian bully itu, tepatnya pada pukul 7.30 WIB, semua siswa/i yang sudah tiba di sekolah bersiap pergi ke masjid untuk melaksanakan Sholat Dhuha berjamaah.

Rabia mengajak teman lainnya dengan ajakan ramah seperti biasanya, kecuali aku. Dan saat pulang sekolah, ia juga gak menggandeng tanganku seperti biasanya saat kami pulang bersama. Duh, rasanya makjleb banget deh.

Beberapa hari kemudian, aku, Ira dan Sanah mencoba menegur Rabia saat jam pelajaran sedang berlangsung. Ia pura-pura gak dengar, tapi kami gak menyerah hingga ia mau menoleh.

Akhirnya, ia sedikit melirik ke arah belakang tepatnya ke arah aku dan Sanah. Saat aku memanggil namanya. Ia tertawa dan juga membuat kami ikut tertawa. Tapi, itu gak berlangsung lama, kami langsung ditegur guru karena berisik.

Angga yang dasarnya emang jail, seenaknya bilang jika kami gak berteman lagi, maka sebutan yang paling cocok untuk kami berempat adalah RABIES, pelesetan dari IRBES (Ira, Rabia, Besse dan Sanah). Untungnya insiden perang dingin itu tidak berlangsung lama, kalau gak, nanti kami jadi guk guk dong.

Btw, kalau RABIES, jadinya Rabia, Besse, Ira End Sanah? Apaan tuh? Saudara sepupunya “Lu Gua End”?

Wah, akhirnya selesai juga, itulah beberapa kenanganku dan teman-temanku di MTs. Aku mohon maaf jika ada kata-kataku yang menyinggung pembaca dan teman-teman seangkatan. Silahkan koreksi jika ada kesalahan mengenai cerita ataupun kalimat yang melenceng dari apa yang sebenarnya terjadi karena beberapa memoriku kadang error untuk ingatan-ingatan yang sudah baheula dan tertimbun ingatan-ingatan baru.

Ada beberapa cerita mistis di sekolah yang awalnya masuk list tapi masih aku simpan untuk postingan selanjutnya dan akan kugabungkan dengan paranormal experience-ku sendiri. So, jangan lewatkan postingan WahDays selanjutnya. 

Berikut ini beberapa foto yang berhasil kutemukan dari memori laptop lamaku dan kiriman teman-teman di grup chat. Selamat bernostagia...

Oh, ya... ada beberapa foto yang blur karena saat itu cuma punya hp kamera jadul yang kapasitasnya terbatas. Kalau di hp kalian yang sekarang fotonya kelihatan jelas, berarti hp kalian udah jadul. 😆












Sekitar 2 atau 3 tahun lalu, aku dan teman-teman seangkatanku sempat reuni, dan ini beberapa penampakan eh penampilan mereka yang udah cakep-cakep. Dulunya cakep juga sih, tapi kurang polesan aja.





Mohon maaf jika ada teman-teman yang nama dan fotonya tidak ada di atas, karena aku tidak menyimpan semua file foto dengan lengkap dan teman-teman yang lain pun sudah banyak kehilangan foto lama karena berbagai faktor.

Jika ada foto kenangan di MTs yang teman-teman punya dan belum ada di sini, mohon kiranya untuk dishare di grup chat. Insya Allah akan kumasukkan ke postingan ini. Much love... Trims...



Semoga hari-hari kalian selalu Wah. Salam.

Baca juga : Kenangan Kita di Sekolah Part 1

Cover  : @wahdart

Comments

  1. Haha se gokil itu ya dulu. 😂😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya segokil itu sampai aku tahan tawa saat menulisnya 😂😂

      Delete
  2. Wahhh kerreennn nih WahDays 😇😇, bacanya sampe ketawa2 sndiri, yapss walaupun gak ikut jdi peran utama, cerita temen2 ternyata lucu2 yak, dan lagi ada cerita dimna si Rabia dijodoh2hin sama si Ari eh steleah scroll kebawah malah si Ira yg foto bareng si Ari 😁😁.
    Dan takjub jg sama perubahan temen2 semua yg beda bangettt.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih atas kunjungannya Nika. Tidak apa-apa meski Nika bukanlah salah satu pemerannya, ayo kita buat list kenangan yg baru dengan lebih banyak teman-teman yg lain..

      Delete
    2. Thats awesome !!! Ketawa sendiri bacanya :D

      Delete
    3. thanks for the compliment... aku juga sambil ketawa nulisnya wkwkw

      Delete
  3. Bravo!!! Jejak dulu, karena tadi siang bacanya udah sambil geleng2 kepala.. ;-)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

REMPEYEK KACANG ATAU TERI?

DITELEPON 188? NOMOR APAAN TUH? YUK CARI TAHU!

IKLAN BERHADIAH DARI INDO-OFFERS, PENIPUAN ATAU BETULAN?