TRADISI LEBARAN DI LINGKUNGAN WAHDAYS DAN 30 HRDC
Assalamualaikum, benar-benar
tidak terasa kita sudah melewati satu bulan Ramadan dan esok kita akan berhari
raya dan meraih kemenangan setelah berjuang melawan hawa nafsu dengan berpuasa.
Tradisi lebaran di lingkunganku
mungkin tidak jauh berbeda dengan di tempat lain. Pertama saat malam takbiran
akan ada pawai takbiran dengan pameran replika masjid yang dilombakan, pesta
kembang api menjadikan malam takbiran lebih semarak dengan gema takbir di
seluruh penjuru Sungai Guntung.
Esoknya bangun di waktu subuh,
sholat, lalu membantu Mamak memanaskan masakan yang sudah dimasak kemaren sore untuk
sarapan di pagi hari raya. Karena memang disunnahkan makan sebelum berangkat
sholat idul fitri. Lalu mandi dengan niat mandi di hari raya, kemudian ke
masjid untuk melaksanakan sholat Id. Selanjutnya pulang, lalu menyiapkan
hidangan khas hari raya untuk para tamu.
Bicara tentang makanan, makanan
khas yang harus ada saat hari raya di rumahku adalah burasa’, nasi santan yang
dibungkus daun dan dibentuk pipih. Makanan khas bugis ini mirip seperti
lontong, bedanya rasa burasa’ lebih gurih. Memasak burasa’ memakan waktu kurang
lebih 8 jam.
Burasa' |
Selain itu ada tumbuk, makanan khas bugis wajo ini biasanya berupa pulut putih atau pulut hitam, pulut yang sudah matang dimasukkan ke dalam sarang yang dibuat dari daun pisang yang dibentuk silinder dengan diameter kurang lebih 3 cm dan panjang 25 cm. Disebut tumbuk karena cara memasukkan pulut ke dalam sarang dengan cara ditekan dan ditumbuk-tumbuk menggunakan batang daun pisang hingga memadat di dalam sarang. Kemudian dimasak kurang lebih 5 jam.
Tumbuk |
Untuk lauknya biasanya gulai ayam kampung, ayam tomat dan serundeng. Cukup 3 itu aja udah nikmat kali makanku sekeluarga.
Nah, untuk pencuci mulutnya ada
tape pulut hitam yang hanya dibuat di rumahku tiap 2 tahun sekali, idul fitri
dan idul adha. Selain itu, bolu peca’, lagi-lagi makanan khas bugis yang
rasanya manis.
Tape pulut hitam |
Bolu peca' |
Hidangan-hidangan tadi khusus untuk hari raya pertama. Nah, untuk hari raya kedua dan seterusnya gilran kue kering yang menjamu para tamu. Tahun ini Mamak buat nastar dua rasa, nanas dan cokelat, lalu ada rempeyek kacang (rempeyek teri tinggal sedikit dan gak cukup untuk satu toples), kue kacang krispi, dan tambahan biskuit favoritku yang aku beli di swalayan.
Di hari pertama, biasanya akan
banyak tamu yang datang ke rumah mulai dari kakak-abang sepupu beserta
ponakan-ponakanku, sepupu-sepupu jauhku dan tetangga sekitar rumah. Jadi hari
pertama super sibuk dan gak sempat bersilaturahmi kemana-mana.
D hari keduanya barulah sempat
bertamu ke rumah para sepupu, family dan tetangga. Di hari ketiga biasanya
jadwal ngumpul bareng teman-teman alumni sekolah, entah itu ke rumah-rumah
mereka atau ke rumah guru.
Tradisi khas lebaran lainnya di
lingkunganku adalah maraknya kehadiran anak yang bertamu sambil mengharap uang
dari rumah yang mereka singgahi. Aku juga pernah merasakan keseruan ini.
Bersama teman-teman bertamu ke rumah tetangga untuk mendapatkan tambahan uang
jajan. Saat bertemu dengan teman lain di jalan, kami akan berbagi informasi
tentang rumah mana saja yang memberikan uang kepada anak-anak. Tradisi ini
berlanjut ke anak-anak generasi sekarang.
Selain itu, di hari raya biasanya
anak-anak cowok suka membawa pistol-pistolan yang isinya peluru plastik. Dengan
baju, celana dan sepatu baru serta rambut yang digel merk Gatsby, mereka
berjalan bergerombolan sambil menenteng pistol-pistolan dan sekali melepaskan
tembakan ke got-got yang mereka jumpai. Entah apa yang ditembak, lagipula jika
memang ada ikan yang kena, gak mungkin mereka mau turun ke got dengan style
serba baru kan?!
Beda dengan anak cowok, anak-anak
cewek akan tampil anggun dengan baju muslimah di hari pertama, dengan jilbab
yang senada dengan baju dan heels yang tingginya melebihi wedges-ku. Namun, di
hari kedua mereka justru tampil centil dengan rok pendek berbahan jeans dan
baju warna-warni serta jepitan rambut yang berjejer rapi di rambut mereka yang
basah.
Tahun lalu aku masih melihat
anak-anak ini, gak tahu deh tahun ini.
Alhamdulillah, syukur kepada
Allah SWT karena masih diberikan kesempatan untuk merasakan indahnya Ramadan
tahun ini dan semoga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik, suci dari dosa
dan mendapat pengampunan dari Allah SWT agar kemenangan benar-benar kita
rasakan.
Alhamdulillah juga bisa
menyelesaikan 30 Hari Ramadan dalam Cerita bersama Bianglala Hijrah dan kontributor
lainnya, meski diakhir-akhir sempat menghilang karena kesibukan di siang hari
dan tepar di malam hari. 10 tulisan terakhir pun mulai bisa aku kerjakan malam
ke-28, lanjut ke malam 29 lalu subuh dan pagi harinya.
Terima kasih teman-teman 30HRDC
atas blogwalking dan follownya, semoga kita bisa melanjutkan silaturahmi meski
Ramadan telah berakhir.
Jika ada salah kata pada setiap
postingan, aku memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440
H
Minal Aidin Wal Faizin
#Day30
#BianglalaHijrah
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
Waahh, kangen sama menu lebaran di sana. Semoga next time ada rezeki mudik pas lebaran. Aamiin. Selamat, nulisnya bisa full 30 days :)
ReplyDelete